Tulisan ini diilhami dari sebuah laporan dari orang-orang VOC yang bertugas di Kerajaan Banjar kepada Residen de Lilc.
Pada masa itu adalah masa pemerintahan Sultan Mohammad Aliuddin Aminullah sekitar tahun 1758 – 1761, meskipun pemerintahannya hanya berlangsung selama 3 tahun tetapi Sultan Aliuddin Aminullah mempunyai sikap politik yang sangat keras kepada VOC, berbagai macam peraturan dagang selalu dibuat sehingga lebih menguntungkan pihak Kerajaan Banjar. Pemimpin-pemimpin VOC yang akan berhubungan dengan Sultan Aliuddin Aminullah harus sangat berhati-hati supaya Sultan tidak tersinggung demi lancarnya arus perdagangan mereka, karena menurut pengakuan mereka Urang Banjar sangat keras wataknya apabila tersinggung.
Hal ini dibuktikan dengan sebuah laporan VOC kepada Residen de Lilc yang berbunyi :
“Residen jangan mengira bahwa di Banjar ini sama halnya dengan di Banten atau Jawa. Orang Banten atau Jawa walaupun dia dipukul kompeni dengan cambuk di kepalanya, sekali-kali tidak berani mengatakan bahwa pukulan itu sakit, tetapi orang Banjar mendengar kata-kata yang keras saja sudah marah dan bila sampai terjadi begitu maka seluruh Banjar akan merupakan buah-buahan yang banyak pada satu tangkai ”
Rasa cagat bulu awak membaca laporan ini. Hal ini kadang masih terasa di kehidupan Urang Banjar sehari-hari, kita sering baca di koran bagaimana suatu peristiwa pembunuhan di daerah Kalimantan Selatan terjadi hanya karena gara-gara “bacangangan” mata. Orang Banjar yang dipandang matanya merasa tidak terima dan tersinggung.