Tempat Berbagi Ilmu dan Pengetahuan |
|
| Mamluk, a Soldier of slave | |
| | Pengirim | Message |
---|
999 PENGANGGURAN
Jumlah posting : 592 Points : 1388 Reputation : 4 Join date : 15.08.10 Lokasi : Kota Seribu Sungai
| Subyek: Mamluk, a Soldier of slave Sun Sep 05, 2010 2:22 pm | |
| Mamluk ( Arabic: مملوك (singular), مماليك mamālīk (plural), "dimiliki"; juga diterjemahkan sebagai mamluq, mamluke, mameluk, mameluk, mamaluke atau marmeluke) adalah seorang prajurit yang berasal dari kaum budak yang telah masuk Islam. "Fenomena mamluk," sebagai mana David Ayalon menyebutnya, adalah per-politikan penting yang luar biasa besar dan berumur panjang, yang berlangsung dari abad ke 9 sampai abad ke-19 Masehi. Seiring berjalannya waktu, mamluk menjadi kasta militer yang kuat di berbagai masyarakat Muslim. Terutama di Mesir, tetapi juga di Levant, Irak, dan India, kaum mamluk memegang kekuasaan politik dan militer. Dalam beberapa kasus, mereka mendapat kedudukan sebagai sultan, sementara di kasus lain mereka memegang kekuasaan daerah sebagai amir atau beys. Kasus yang paling menonjol, dimana golongan mamluk merebut kesultanan sendiri di Mesir dan Suriah dalam periode yang dikenal sebagai Kesultanan Mamluk (1250-1517). Kesultanan Mamluk terkenal karena memukul mundur bangsa Mongol dan bertempur dengan para Crusaders.
Mereka adalah keturunan dari berbagai variasi tetapi yang paling sering adalah Kipchak Turks*, tergantung pada periode dan wilayah yang bersangkutan. Sewaktu seorang mamluk dibeli, status mereka berada di atas budak biasa, yang tidak diizinkan untuk membawa senjata atau melakukan tugas tertentu. Di tempat-tempat seperti di Mesir, dari dinasti Ayyubiyah hingga ke era Muhammad Ali dari Mesir, mamluk dianggap sebagai "penguasa yang sesungguhnya" dengan status sosial di atas mereka yang terlahir sebagai se-orang Muslim.
*Kipchak Turks : merupakan keturunan dari masyarakat kuno Turkic, selain Cuman Turks
Kisah perbudakan militer di masyarakat Islam dimulai dengan para khalifah Abbasiyah abad 9 di Baghdad . Kaum mamluk yang paling awal dikenal sebagai ghilman (istilah lain dari budak) dan dibeli oleh para khalifah awal Abbasiyah . Pada pertengahan abad ke-9, budak-budak tersebut telah menjadi unsur dominan didalam militer. Konflik antara ghilman dan penduduk Baghdad mendorong khalifah al-Mu'tashim untuk memindahkan ibukota ke kota Samarra, namun hal ini tetap tidak berhasil menenangkan ketegangan yang terjadi; khalifah al-Mutawakkil dibunuh oleh beberapa slave-soldiers ini di tahun 861. Bani Abbasiyah membeli slave-soldiers terutama dari daerah dekat Caucasus (terutama Circassian dan Georgian), dan dari daerah utara Laut Hitam ( etnies Kipchak dan etnies Turki lainnya). Mereka yang ditangkap memiliki latar belakang non-Muslim.
Pengguna'an tentara mamluk memberikan penguasa'an pasukan dimana tentara tersebut ( mamluk ) tidak memiliki link ke setiap struktur kekuasaan yang didirikan. Prajurit local yang non-mamluk seringkali lebih setia kepada syekh suku mereka, keluarga mereka, atau bangsawan daripada kepada sultan atau kepada khalifah. Jika seorang komandan berkomplot melawan penguasa, hal itu sering kali tidak memungkin-kan untuk be-konspirasi, tanpa menimbulkan keresahan di kalangan bangsawan. Pasukan Budak mamluk adalah orang asing dari status terendah yang tidak akan bisa berkomplot melawan penguasa dan yang dengan mudah bisa dihukum jika mereka menimbulkan masalah, sehingga menjadi aset militer yang besar.
Setelah keterpecahan the Abbasid Empire, para budak militer, yang dikenal sebagai mamluk atau ghilman, menjadi basis of military power di seluruh dunia Islam. Kaum Fatimiyah Mesir membeli etnies Armenia, Turki dan budak Sudan, yang membentuk sebagian besar militeris mereka dan seringkali administration mereka . The powerful vizier Badr al-Jamali, misalnya, adalah seorang mamluk asal Armenia. Di Iran dan Irak, kaum Buyids menggunakan budak Turki di seluruh kekaisaran, seperti pembangkang al-Basasiri yang pada akhirnya mengantarkan penguasa Saljuq di Baghdad setelah percoba'an pemberontakan yang gagal. Ketika Bani Abbasiyah kemudian kembali meng-kontrol militer atas Irak, mereka juga bergantung pada budak militer mereka yang disebut ghilman.
Di bawah Saladin dan the Ayyubids of Egypt, kekuatan mamluk meningkat sampai mereka mengklaim kesultanan di 1250, memerintah sebagai Kesultanan Mamluk. Para budak Militer terus dipekerjakan di seluruh dunia Islam sampai abad ke-19, ketika rezim modern mulai mendominasi. Devşirme Kekaisaran Ottoman's , atau "mengumpulkan" para budak muda untuk Janissary corps, berlangsung hingga abad ke-17, sementara basis rezim mamluk tumbuh di provinsi Ottoman seperti Irak dan Mesir hingga abad ke-19.
Di bawah Mamluk Sultane of Cairo, para mamlukers dibeli saat mereka masih muda dan dibesarkan di dalam barak-barak di Citadel of Cairo. Karena status particular mereka (tidak ada ikatan sosial atau afiliasi politik) dan pelatihan keras militer , mereka sering kali dipercaya. Pelatihan mereka terdiri dari pendidikan agama dan militer yang ketat untuk membantu mereka menjadi "good Muslim horsemen and fighters". Ketika training mereka telah selesai mereka pun dipulangkan, namun masih tetap terikat pada patron yang telah membeli mereka. Mamluk mengandalkan bantuan dari patron mereka untuk kemajuan karir dan juga reputasi patron dan power yang bergantung pada perekrutan-nya . Seorang mamluk juga "terikat oleh sebuah esprit de corps yang kuat kepada rekan-rekannya dalam household yang sama."
Mamlukers bangga akan asal mereka sebagai budak dan mereka yang dibeli hanya sesudah memenuhi syarat untuk mencapai posisi tertinggi. Hak istimewa yang berkaitan dengan menjadi seorang mamluk sangat lah didambakan, sehingga banyak dari orang bebas Mesir yang mengatur diri mereka untuk dijual dalam rangka untuk mendapatkan akses ke masyarakat yang istimewa. Mamluk berbicara dalam bahasa Arab dan membudayakan identitas mereka dengan mempertahankan nama Mesir. Namun meskipun ber-asal usul yang rendah dan eksklusifitas sikap, mamluk dihormati oleh masyarakat Arab mereka. Mereka mendapat penghargaan dan prestise sebagai "Penjaga sejati Islam dengan memukul mundur baik Tentara Salib dan Mongol". Banyak orang memandang mereka sebagai berkat dari Tuhan untuk umat Islam.
Setelah para mamluk meng-converted ke Islam, banyak dari mereka yang di-training sebagai cavalry soldiers. Mamluk harus mengikuti dictates of furusiyya*, suatu code yang mencakup nilai-nilai seperti keberanian, dan kemurahan hati, dan juga taktik kavaleri, menunggang kuda, memanah dan perawatan luka, dll
*dictates of furusiyya : adalah suatu diktat yang mencakup Arabic knightly martial yiatu , berkuda, memanah, dan menyerang dengan tombak.Ibn Qayyim Al-Jawziyya kemudian hari menambahkan berpedang sebagai disiplin ke-4
Mamluk tinggal di dalam garnisun mereka dan terutama untuk menghabiskan waktu mereka satu sama lain. Hiburan mereka termasuk acara olahraga seperti lomba memanah dan presentations of mounted combat skills setidaknya seminggu sekali . Pelatihan yang intensif dan ketat setiap kali merekrut anggota baru membantu menjamin kelangsungan hidup praktek mamluk.
Sementara mereka tidak lagi benar-benar sebagi budak setelah pelatihan, mereka masih tetap wajib untuk melayani Sultan. Sultan membuat mereka sebagai kekuatan asing, di bawah perintahnya langsung, untuk digunakan dalam hal menangani friksi-friksi suku setempat. Sultan juga bisa mengirim mereka sampai ke daerah-daerah muslim di Iberia.
Sultan memiliki para mamluk dengan jumlah terbesar , tapi amir yang lebih rendah dapat memiliki pasukan pribadi sendiri juga. Banyak para mamluk yang meningkat ke posisi tinggi di seluruh kekaisaran, termasuk dalam komando ketentara'an. Pada awalnya status mereka tetaplah tidak-diwariskan dan seoarng anak lelaki secara ketat dicegah untuk mengikuti ayah mereka ( mewarisi apa yang dimiliki ayahnya, terutama kedudukan di dalam pemerintahan ) . Akan tetapi, seiring dengan berjalan nya waktu, di tempat-tempat seperti Mesir, pasukan mamluk menjadi terkait dengan struktur kekuasaan yang ada dan mendapatkan pengaruh dalam jumlah yang signifikan terhadap kekuasa'an. Suatu evolusi yang sama terjadi dalam Ottoman Empire dengan para Janissary-nya. | |
| | | 999 PENGANGGURAN
Jumlah posting : 592 Points : 1388 Reputation : 4 Join date : 15.08.10 Lokasi : Kota Seribu Sungai
| Subyek: Re: Mamluk, a Soldier of slave Sun Sep 05, 2010 2:34 pm | |
| Mamluk power in Egypt
Ahmed ibn Tulun adalah seorang Turkish Mamluk yang ayahnya dikirim sebagai hadiah kepada Khalifah Abbasiyah al-Ma'mun di (200H./815-16 AD). Ibn Tulun dikirim ke Mesir pada 868 sebagai gubernur untuk kepentingan Bani Abbasiyah, tetapi melalui intrik diplomatik dan kekuatan militer, dia secara efektif menjalankan dinasti Tulunid-nya mandiri sebagai penguasa Mamluk di Mesir awal. Tulunid dinasti berumur pendek, dan Mesir kembali di-duduki oleh pasukan Abbassid pada musim dingin 904-05.
Selama berabad-abad berikutnya, Mesir dikendalikan oleh berbagai penguasa, terutama Ikhshidids dan Fatimiyah. Selama dinasti-dinasti ini, ribuan hamba Mamluk dan guards terus dipekerjakan, dan bahkan mengambil tempat di kantor petinggi, termasuk gubernur Damaskus. peningkatan level pengaruh ini membuat khawatir para penguasa Arab, suatu penggambara'an yang pada akhirnya membangkitkan seorang sultan Mamluk.
Asal-usul Mamluk Sultanate of Egypt terletak pada Dinasti Ayyubiyah yang Saladin (Salah al-Din) didirikan pada 1174. Dengan pamannya, Shirkuh, ia menaklukkan Mesir untuk seorang Raja Zengid, Nur al-Din of Damascus, tahun 1169. Pada 1189, setelah merebut Yerusalem, Saladin meng-konsolidasi-kan kendali dinasti-nya meng-control seluruh Timur Tengah. Setelah kematian Saladin, anak-anaknya jatuh ke dalam konflik atas pembagian Kekaisaran, dan masing-masing berusaha untuk mengelilingi dirinya dengan serombongan besar mamluk yang diperluas.
Pada tahun 1200, saudara Saladin, Al-Adil berhasil mengamankan kendali atas seluruh kerajaan dengan mengalahkan dan membunuh atau memenjarakan saudara-saudaranya dan keponakan secar ber-giliran. Dimana dalam setiap kemenangan-nya, Al-Adil menggabungkan rombongan mamluk yang dikalahkan ke dalam kepemilikannya sendiri. Proses ini ber-ulang pada saat kematian Al-Adil pada 1218, dan pada kematian putranya, Al-Kamil di 1238. Dinasti Ayyubiyah menjadi semakin dikelilingi oleh kekuatan mamluk, bertindak semi-autonomously sebagai Atabegs* regional, dan segera saja mereka terlibat dalam politik internal kerajaan itu sendiri.
*Atabeg : pada mula nya merupakan title dari turkic nobility, yang meng-indikasikan bahwa dirinya merupakan semacam governor atau penguasa wilayah
Pada 1315 mereka menyerbu dan menaklukkan sebagian besar dari Nubia, tetapi kekuasaan tetap berada di tangan seorang pangeran Nubia yang dikonversi dari Coptic Orthodox to Islam.
Terakhir diubah oleh 999 tanggal Sun Sep 05, 2010 2:37 pm, total 1 kali diubah | |
| | | 999 PENGANGGURAN
Jumlah posting : 592 Points : 1388 Reputation : 4 Join date : 15.08.10 Lokasi : Kota Seribu Sungai
| Subyek: Re: Mamluk, a Soldier of slave Sun Sep 05, 2010 2:36 pm | |
| French attack and Mamluk takeover
Pada Juni 1249, Crusader Ketujuh di bawah Louis IX of France mendarat di Mesir dan mengambil Damietta. Pasukan Mesir mundur pada awalnya, memacu sultan untuk menggantung lebih dari 50 komandan sebagai desertir. Ketika sultan Mesir As-Saleh Ayyub meninggal, kekuasaan hanya sebentar melewati anaknya Turanshah, dan kemudian ke istri favoritnya, Shajar Al-Durr (atau Shajarat-ul-Dur). Dia mengambil kendali dengan dukungan kaum mamluk dan melancarkan counterattack. Pasukan dari Bahri commander, Baibars mengalahkan pasukan Louis. Raja menunda pengundurannya terlalu lama dan akhirnya ditangkap oleh Mamluk pada Maret 1250, dan setuju untuk membayar tebusan sebesar 400.000 livre (dimana 150.000 diantaranya tidak pernah dibayar). Tekanan politik bagi kepemimpinan laki-laki membuat Shajar menikahi komandan mamluk Aybak*, Aybak kemudian terbunuh di kamar mandi, dan dalam perjuangan berebut kekuasaan yang berlangsung, Qutuz vice-regent mengambil alih kuasa. Dia secara resmi mendirikan kesultanan Mamluk pertama dan dinasti Bahri.
*Izz al-Din Aybak : Sultan Mamluk pertama di Mesir
Dinasti Mamluk pertama bernama Bahri mengambil nama salah satu resimen, the Bahriya or River Island regiment. Nama Bahri (بحري berarti "f the sea or river") mengacu pada pusat mereka di pulau al-Rodah di Sungai Nil. Sebagian besar Resimen terdiri dari Kipchak Turks. | |
| | | 999 PENGANGGURAN
Jumlah posting : 592 Points : 1388 Reputation : 4 Join date : 15.08.10 Lokasi : Kota Seribu Sungai
| Subyek: Re: Mamluk, a Soldier of slave Sun Sep 05, 2010 2:40 pm | |
| Mamluks and the Mongols
Ketika the Mongol Empire's troops of Hulagu Khan memporak-porandakan Baghdad pada tahun 1258 dan bergerak maju ke Suriah, Mamluk Emir Baibars (Turkish: Baybars) meninggalkan Damascus untuk ke Cairo di mana dia disambut oleh Sultan Qutuz. Setelah mengambil Damaskus, Hulagu meminta agar Qutuz menyerahkan Mesir tapi Qutuz menewaskan utusan Hulagu dan, dengan bantuan Baibars , ia memobilisasi pasukannya. Meskipun Hulagu harus pergi untuk Timur ketika great Khan Möngke meninggal ketika melawan Song Selatan, ia meninggalkan letnan-nya, Christian Kitbuqa, sebagai orang yang bertanggung jawab. Qutuz menggiring tentara Mongol ke penyergapan dekat Sungai Orontes, memukul mundur mereka dalam Pertempuran Ain Jalut dan menangkap dan meng-eksekusi Kitbuqa.
Setelah kemenangan besar ini, Qutuz dibunuh oleh per-sekongkolan para Mamluk. Dikatakan bahwa Baibars, yang merebut kekuasaan, terlibat dalam pembunuhan itu. Pada abad-abad berikutnya kekuasaan sering berpindah dengan cara seperti ini: rata-rata pemerintahan seorang penguasa mamluk adalah tujuh tahun.
Mamluk mengalahkan bangsa Mongol untuk kedua kalinya di Homs pada 1260 dan mulai mengusir mereka kembali ke timur. Dalam proses itu mereka mneg-konsolidasi-kan kekuasaan mereka atas Syria, membentengi daerah itu, membentuk rute surat-menyurat , dan membentuk hubungan diplomatik dengan para local princes. pasukan Baibars's menyerang Acre di 1263, mendapatkan Caesaria tahun 1265, dan mengambil Antioch di 1268.
Mamluk juga mengalahkan serangan baru bangsa Mongol di Syria pada 1271, 1281 ( Pertempuran kedua Homs), 1303/1304 dan 1312. Mereka kemudian dikalahkan oleh Mongol dan sekutu Christian mereka di Battle of Wadi al-Khazandar di 1299. Akhirnya, bangsa Mongol dan Mamluk menandatangani perjanjian damai pada 1323. | |
| | | 999 PENGANGGURAN
Jumlah posting : 592 Points : 1388 Reputation : 4 Join date : 15.08.10 Lokasi : Kota Seribu Sungai
| Subyek: Re: Mamluk, a Soldier of slave Sun Sep 05, 2010 2:43 pm | |
| Portuguese-Mamluk Wars
Vasco da Gama yang pada tahun 1497 Masehi menemukan jalan di sekitar Cape of Good Hope, membuat banyak pelaut melintasi Samudra Hindia ke pantai Malabar dan Kozhikode, menyerang armada yang membawa barang dan peziarah Muslim dari India ke Laut Merah, dan menebar teror ke seluruh penguasa di wilayah itu. Berbagai benturan terjadi. Mamluk kota Cairo Sultan Al-Asyraf Qansuh al-Ghawri merasa terhina pada serangan atas Laut Merah, hilangnya bea-cukai dan lalu lintas, penghinaan yang mana dialami juga oleh Mecca dan Pelabuhannya , dan semua hal diatas merupakan nasib yang dibentuk oleh kapal vasco. Dia bersumpah atas dendam-nya kepada Portugal, dikirimnya biarawan pertama dari Church of the Holy Sepulchre sebagai utusan yang mana ia mengancam Pope Julius II, bahwa jika dia tidak memeriksa Manuel I of Portugal dalam penghancuran mereka di Laut India, ia akan menghancurkan semua tempat Suci Christian.
Para Penguasa dari Gujarat dan Yaman juga berbalik membantu Egypt Mamluke Sultanate. Perhatian utama para chief adalah penata'an suatu armada di Laut Merah yang harus melindungi rute laut mereka dari serangan Portugis. Jeddah segera dibentengi sebagai pelabuhan perlindungan sehingga Arabia dan Laut Merah dilindungi, tetapi armada di Samudera India berada dalam pada belas kasihan musuh.
Sultan Mamluk Terakhir Al-Ghawri karenanya menata sebuah armada 50 kapal. Sebagai mana kaum Mamluk yang memiliki sedikit keahlian dalam perang laut, perusahaan naval yang melakukannya dengan bantuan Ottoman. Pada tahun 1508 pada Battle of Chaul, Armada Mamluk menang atas anak raja muda Portugis, Lourenço de Almeida tetapi pada tahun berikutnya Portugis menang dalam Battle of Diu di mana pelabuhan kota Diu telah direbut dari Gujarat Sultanate. Beberapa tahun setelah itu, Afonso de Albuquerque menyerang Aden, sementara tentara Mesir menderita bencana di Yaman. Al-Ghawri menata sebuah armada baru untuk menghukum musuh-musuh nya dan melindungi perdagangan orang-orang India, tapi sebelum hasilnya diketahui, Mesir telah kehilangan kedaulatan, dan Laut Merah dengan Mecca-nya dan semua kepentingan Arab telah berlalu ke tangan Ottoman. | |
| | | aulia SMP
Jumlah posting : 62 Points : 146 Reputation : 4 Join date : 16.08.10
| Subyek: Re: Mamluk, a Soldier of slave Sun Sep 05, 2010 5:15 pm | |
| Baru tau hal yg ky gini,ternyata bnyk baca jd bnyk tau | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Mamluk, a Soldier of slave | |
| |
| | | | Mamluk, a Soldier of slave | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|